Latest News

Sunday, March 1, 2020

Grounded Theory menurut T. Marshall Egan

Apa itu Grounded Theory? Dengan mengutip Strauss and Corbin, Egan menuliskan yang dimaksud Grounded Theory adalah “ … sesuatu yang secara induktif diturunkan dari penelitian atas fenomena yang ada. Fenomena itu harus ditemukan, dikembangkan, dan diverifikasi keberlakuannya secara sementara lewat pengumpulan data yang sistematis dan analisis data yang didasarkan atas fenomena. Sebab itu, pengumpulan data, analisis, dan teori bersifat resiprokal satu sama lain.” [1]

Grounded Theory berjanji untuk mengembangkan teori yang secara minimal cocok dengan situasi yang tengah muncul secara aktual dalam proses penelitian.[2] Responsivitas dari penelitian Grounded Theory tidak melulu berasal dari peneliti melainkan juga subyek studinya.

Egan juga menyebut bahwa Grounded Theory berasumsi bahwa teori ditemukan lewat data yang terkumpul selama proses penelitian. Dengan demikian, Grounded Theory tidak menekankan perlunya kerangka teoretis baku yang digunakan di awal penelitian. 

Sifat dari kerangka analisis adalah sementara dan kemungkinan besar (dan biasanya pasti) berubah manakala peneliti sudah bersentuhan dengan lapangan. Teori yang terbangun didasarkan atas kategorisasi yang dibangun peneliti, dan didasarkan atas similaritas data hasil penelitian. Sebab itu, peneliti Grounded Theory harus punya sensitivitas teoretis, karena apabila tidak demikian, maka tidak akan ada bangunan teoretis baru dari penelitian yang ia lakukan. Bangunan teoretis ini pun tidak lepas dari penguasaan peneliti atas aneka teori. Namun, peneliti harus menghindari penggunaan teori yang ‘kacamata kuda’. Ia harus terbuka atas aneka teori. 

Temuan yang diperoleh berdasarkan Grounded Theory cendrung berupa kombinasi antara aneka konsep dan hipotesis yang muncul dari data, dengan mana ia (data) dianggap bermanfaat. [3] Sebab itu, Grounded Theory ibarat David (yang induktif) melawan raksasa Goliath (yang deduktif).

Langkah-langkah Grounded Theory

Menurut Egan, sejumlah langkah dari Grounded Theory adalah: [4] (1) initiating research; (2) data selection; (3) initiation and ongoing data collection; (4) data analysis; dan (5) concluding the research. Pertama, initiating research melibatkan pemilihan area inkuiri oleh peneliti dan situs yang cocok untuk studi. [5] Area inkuiri dapat digambarkan dalam varietas cara atau level, termasuk fenomena spesifik, tempat atau lokasi, atau konteks. Peneliti harus menghindari predisposisi dan prekonsepsi atas fenomena. [6] Literatur di area investigasi harus diabaikan terlebih dahulu dan baru dianggap saat penelitian berlangsung.

Kedua, masalah data selection. Kegiatan ini meliputi aplikasi dan identifikasi sumber data potensial yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian. Tanpa adanya keputusan berkenaan pengumpulan data awal, pengumpulan lanjutan tidak akan bisa direncanakan dalam memunculkan teori. Grounded Theory menekankan bahwa piihan atas data sifatnya fleksibel dan merupakan proses dialektis. Pilihan tersebut menekankankan bahwa theoretical sampling melibatkan pengumpulan data yang telah dilakukan dalam hubungannya dengan analisis. Theoretical sampling adalah proses pengumpulan data untuk melahirkan teori dengan mana peneliti secara bersamaan mengumpulkan, mengkoding, dan menganalisis data dan memutuskan data apa yang harus diperoleh di waktu kemudian dan di mana memperolehnya, dalam rangka menciptakan teori saat ia muncul. Proses pengumpulan data ini dikendalikan oleh teori yang muncul. 

Ketiga, initiation and data collection. [7] Pengumpulan data sangat penting, yaitu data yang dihasilkan dari aneka varietas sumber yang sekaligu merupakan cara mengekspose aneka variasi dan cara guna membangun kerangka konseptual. Kendati wawancara adalah data mainstream dalam Grounded Theory, tetapi dokumen dan observasi juga bisa digunakan. Pengumpulan data tidak berlangsung di satu saat saja, melainkan ia terus berkembang sepanjang proses analisis data sampai tiba saatnya peneliti telah menentukan titik jenuh (saturation). Data yang diperoleh sepanjang proses pengumpulan data meliputi pertukaran antara pengumpulan data dalam konteks lingkungan alamiah dan pemberlakuan koding, pengkategorian, dan rasionalisasi yang dibangun selama proses penelitian. Peneliti terlibat, merespon, dan menyesuaikannya selama proses tersebut. 

Keempat, data analysis. [8] Analisis data dalam Grounded Theory melibatkan komparasi yang sifatnya konstan dalam hal penghasilan dan penganalisisan data. Metode ini meliputi kegiatan seperti pengkarakteristikkan penghasilan dan pengintegrasian aneka kategori dan propertinya, sebagaimana pembatasan dan penulisan teori yang muncul. Pengumpulan dan analisis data terus berlangsung hingga tahap keempat Grounded Theory ini. Dinamika fenomena yang diinvestigasi membuat setiap analisis data adalah momen unik. 

Kelima, concluding the research. [9] Grounded Theory disimpulkan manakala peneliti telah mengobservasi titik jenuh data dan suatu teori yang mencukupi telah muncul dari para data. Data jenuh adalah bukti manakala pengumpulan data tidak lagi berkontribusi pada elaborasi atas fenomena yang tengah diinvestigasi. Segera setelah kejenuhan data terbukti, dokumentasi menjadi fokus utama bagi peneliti; konstruksi dan konsolidasi aneka kategori yang berkembang di sekeliling garis kisah utama dari penelitian dielaborasi. Kerangka struktural penelitian diciptakan lewat klarifikasi atas aneka asosisasi antara kategori sentral dan aneka kategori yang sifatnya sekadar mendukung dan perlu. 

Contoh Grounded Theory

Egan memberikan contoh penelitian yang menggunakan Grounded Theory. [10] Contohnya di seputaran masalah Human Resources Department (HRD). Kajian Grounded Theory dalam masalah HRD utamanya dalam melakukan eksaminasi atas individu yang berhadapan dengan perubahan organisasi, ekspolorasi nilai-nilai kepemimpinan demi kualitas dalam konteks pabrik, konflik intra firma dalam penyusunan strategi bisnis dalam seting perusahaan, persepsi pasien atas kualitas perawatan, dan dampak konflik dan kohesi dalam pembelajaran dan kinerja organisasi. 

Perubahan organisasi merupaan suatu pertimbangan utama di banyak sektor kehidupan di Amerika Serikat. Pemahaman atas atas reaksi individu atas dan bagaimana mereka memanage perubahan dalam konteks organisassi secara logis penting bagi HRD. Menggunakan penelitian Grounded Theory dalam mengeksplorasi bagaimana individu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan merespon perubahan organisasi. Aneka kategori yang muncul dari pengumpulan data menyingkap eksistensi dari periode, yaitu: (a) interval antisipatif; (b) interval peristiwa; dan (c) interval post-event. Dengan mengutip Johansen, Egan menulis bahwa diteorikan selama interval antisipatif, pekerja melakukan pembacaan menyeluruh atas lingkungan; ini untuk memperoleh informasi sehubungan dengan event selanjutnya. Event - event ini lalu didiskusikan dengan orang lain dan dievaluasi berdasarkan even yang diyakini akan berdampak pada aktor individu. Johansen mengidentfikasi event interval (b) sebagai pencetus terbangunnya aneka tindakan yang mungkin. Selama interval post-event, partisipan menilai perubahaan yang mereka identifikasi dan antisipasi mereka atas dampaknya atas event-event lanjutan, kenali aktor dipersepsikan, biaya dan keuntungan dihitung sebagai hasil perubahan, dan rasa keadilan dari event yang berubah. [sb]

Buku Sumber:

T. Marshall Egan, “Grounded Theory Research and Theory Building” dalam Advances in Developoing Human Resources Vol. 4, No. 3 August 2022, (London and New York: Sage Publication, 2002) pp. 277-295

Daftar Kutifan:

[1] T. Marshall Egan, “Grounded Theory Research and Theory Building” dalam Advances in Developoing Human Resources Vol. 4, No. 3 August 2022, (London and New York: Sage Publication, 2002) p. 277.
[2] Ibid., p. 278
[3] Ibidp. 279.
[4] Ibid., p. 280.
[5] Ibid., p. 281.
[6] Ibid., p. 282. 
[7] Ibid., p. 283. 
[8] Ibid, p. 284.
[9] Ibid., p. 286.
[10] Ibid., p. 291.

No comments:

Post a Comment