Latest News

Saturday, June 27, 2020

Teori Klientelisme dalam Politik

Klientelisme adalah bentuk organisasi politik yang didasarkan atas hubungan dyadik informal antara patron dan klien. Dyadik adalah hubungan satu orang dengan satu orang lain dalam kehidupan sosial. Hubungan antara patron dengan klien terjadi secara asimetris. Ketidaksimetrisan ini berlaku untuk dua dimensi. 

Dimensi pertama adalah intrumental. Dalam dimensi ini, patron umumnya lebih kaya atau lebih kuat, yang kemudian menyediakan pada para klien mereka yang lebih lemah atau miskin dengan keuntungan material, perlindungan, atau keduanya. Penyediaan material ini terkait dengan loyalitas politik, pelayanan politik, atau keduanya, yang diberikan klien terhadap si patron. Loyalitas politik politik kerap dimaknai sebagai suara yang diberikan kepada si patron, atau kandidat lain yang diajukan oleh patron tersebut. Layanan politik personal dimaknai sebagai layanan yang diberikan secara pribadi oleh klien terhadap patron, termasuk tenaga kerja mereka. Selain perlindungan politik, patron juga bisa menawarkan akses kehidupan publik ataupun sumber daya partai kepada para kliennya, seperti pekerjaan, beasiswa, atau bahan makanan. 

Dimensi kedua adalah afeksi (perasaan). Hubungan yang terjadi antara patron dengan kliennya sangat personal. Norma yang berlaku antara patron dengan klien adalah loyalitas. Klientelisme bisa pula dikontraskan dengan universalitas birokratis atau rasionalisme pasar. Klientelisme menolak kedua macam rasionalisme dalam masyarakat moderen tersebut. Sebab itu, klientelisme (hubungan patron-klien) lebih marak terjadi di wilayah-wilayah dengan tingkat sosial-ekonomi rendah. Selain itu, klientelisme mudah terjadi di negara yang lemah dalam hal penetrasi atau perlindungan kepada warga negaranya. Namun, dalam konteks partai politik baik di negara demokratis ataupun otoritarian, mereka bekerja dalam konsep patron-klien ini.

Studi yang banyak dirangkum dalam Teori Klientelisme ini adalah pengalaman Amerika Latin. Douglas Chalmers misalnya, menyatakan bahwa di Amerika Latin, jaringan Klientelisme terorganisir rapi dari "atas" ke "bawah." Jaringan tersebut bertumpu pada keberadaan para "broker politik", yaitu pelaksana kegiatan politik yang tugasnya mengelompokkan tuntutan dari komunitas asal mereka sekaligus pada sisi lain, mendistribusikan aneka keuntungan atau sumber daya yang diberikan oleh "pusat" kekuasaan. Klientelisme ini bergerak lewat dua lini. Lini pertama melalui aktivitas tradisional seperti tatap muka. Lini kedua adalah "broker" bergerak lewat partai bercorak Klientelistik yang diberdayakan oleh si "broker"  untuk membangun jaringan di segmentasi masyarakat yang lebih luas tanpa harus bertatap muka secara langsung. 

Hubungan yang terjadi antara komunitas (klien) dan penyedia sumber daya (patron) dihubungkan dengan pola pemberian suara dalam pemilu. Komunitas punya sumber daya suara tetapi miskin sumber daya. Sementara pemberi suara kaya akan sumber daya tetapi perlu suara untuk bercokol di dalam kekuasaan politik. Hubungan dalam klientelisme adalah pragmatis, bukan ideologis ataupun berdasarkan program kerja partai. Komunitas tidak peduli apapun hal yang dilakukan partai patron asalkan mereka memberikan sumber daya pada mereka. Sebaliknya, partai patron tidak peduli mau seperti apa komunitas yang penting sumber daya sudah diberikan (uang, makanan, komoditas lain) dan suara sudah mereka terima. 

Sumber:

Joseph L. Klesner, "Clientelism" dalam George Thomas Kurian, ed., Encylopedia of Political Science (Washington: CQ Press, 2011) p. 253-4.

Julio F. Carrion, "Clientelistic Parties in Latin America" dalam dalam George Thomas Kurian, ed., Encylopedia of Political Science (Washington: CQ Press, 2011) p. 254-5. 

No comments:

Post a Comment