Latest News

Saturday, June 27, 2020

Teori Patron-Klien dalam Politik

Teori patron-klien didasarkan atas sistem patron-klien dalam kehidupan masyarakat. Teori ini sudah sangat tua sehingga selalu diulang-ulang kegunaannya untuk menjelaskan fenomena politik. Sistem patron-klien diorganisasikan oleh orang yang berkuasa, bisa lelaki atau perempuan, yang membentuk lalu memelihara loyalitas orang yang lebih rendah kedudukannya. 

Baik patron ataupun klien menganggap hubungan antara mereka sebagai personal, mirip dengan hubungan dalam keluarga. Namun, berbeda dengan keluarga yang tanpa pamrin, hubungan dalam sistem patron-klien berpamrih atau ada kepentingannya. Sebab itu hubungan dalam patron-klien tidak permanen, hanya ada selama komoditas yang dipertukarkan antar kedua pihak (patron dan klien) mengalir lancar. Juga, terjadi semacam pembaruan "kontrak" baik diajukan oleh si patron atau si klien seputar komoditas yang dipertukarkan tersebut.

Klien umumnya menyerahkan kerja, pendapatan, suara, kepatuhan politik, dan dukungan bagi patron, agar patron dapat terus memelihara jabatan dan kekuasaannya. Sebagai imbal-balik, klien memperoleh perlindungan, akses informasi maupun sumber daya, identitas kelompok, dan kesempatan meraih kemajuan pribadi. Patron-klien tentu saja tidak diakui oleh mereka yang berkuasa di negara-negara moderen saat ini. Namun, apabila ditelusuri secara teliti banyak alur kekuasaan di negara-negara tersebut (termasuk Indonesia saat ini) beroperasi lewat transaksi patron-klien. Misalnya, tim sukses seorang tokoh politik bekerja mati-matian dengan kadang dibayar kadang tidak demi patronnya hinggap di kekuasaan. Setelah si patron duduk di sebuah jabatan publik, si klien akan diberi posisi sebagai staf ahli, juru bicara, dan lainnya dengan penghasilan yang lumayan. Ini tentu saja banyak terjadi dan menjadi rahasia umum yang tidak perlu dipungkiri. 

Banyak negara di dunia kini, tidak menyelenggarakan kekuasaan lewat metode liberal ataupun otoritarian. Negara-negara ini hanya menyelenggarakan hubungan kekuasaan lewat sistem patron-klien. Sistem patron-klien ini fokus pada relasi antara patron dan kliennya. Hubungan ini terus diperbarui lewat selera personal, dukungan, dan perlindungan. Tidak seperti demokrasi, sistem patron-klien tidak mewajibkan pemilu, pembagian kekuasaan, ataupun perlindungan hukum bagi hak-hak personal maupun perusahaan. Juga, tidak seperti rezim otoritarian, mereka yang hidup dalam sistem patron-klien tidak mewajibkan kepatuhan mutlak pada negara atau pemimpin dominan. Sementara pemerintahan otoritarian maupun demokratis umumnya mengatur hubungan antar individu di dalam kerangka struktur peraturan yang terkodifikasi dan anggaran resmi, sistem patron-klien tidak memiliki batasan dalam perilakunya. Dalam sistem patron-klien hasrat utama individu adalah membangun ikatan pribadi baik atas atasan yang kuat (patron) atau atas bawahan yang selalu mendukung. Setiap kesepakatan, keuntungan, hukuman, aturan, dan pengangkatan seluruhnya bisa dinegosiasikan. Semua bisa dibeli dan semua bisa sekonyong-konyong berubah. 

Sumber:

Matthew Miskelly and Jaime Noce, eds., Political Theories for Students (Farmington Hills: The Gale Group Inc., 2002) pp. 277-89.

Teori Klientelisme dalam Politik

Klientelisme adalah bentuk organisasi politik yang didasarkan atas hubungan dyadik informal antara patron dan klien. Dyadik adalah hubungan satu orang dengan satu orang lain dalam kehidupan sosial. Hubungan antara patron dengan klien terjadi secara asimetris. Ketidaksimetrisan ini berlaku untuk dua dimensi. 

Dimensi pertama adalah intrumental. Dalam dimensi ini, patron umumnya lebih kaya atau lebih kuat, yang kemudian menyediakan pada para klien mereka yang lebih lemah atau miskin dengan keuntungan material, perlindungan, atau keduanya. Penyediaan material ini terkait dengan loyalitas politik, pelayanan politik, atau keduanya, yang diberikan klien terhadap si patron. Loyalitas politik politik kerap dimaknai sebagai suara yang diberikan kepada si patron, atau kandidat lain yang diajukan oleh patron tersebut. Layanan politik personal dimaknai sebagai layanan yang diberikan secara pribadi oleh klien terhadap patron, termasuk tenaga kerja mereka. Selain perlindungan politik, patron juga bisa menawarkan akses kehidupan publik ataupun sumber daya partai kepada para kliennya, seperti pekerjaan, beasiswa, atau bahan makanan. 

Dimensi kedua adalah afeksi (perasaan). Hubungan yang terjadi antara patron dengan kliennya sangat personal. Norma yang berlaku antara patron dengan klien adalah loyalitas. Klientelisme bisa pula dikontraskan dengan universalitas birokratis atau rasionalisme pasar. Klientelisme menolak kedua macam rasionalisme dalam masyarakat moderen tersebut. Sebab itu, klientelisme (hubungan patron-klien) lebih marak terjadi di wilayah-wilayah dengan tingkat sosial-ekonomi rendah. Selain itu, klientelisme mudah terjadi di negara yang lemah dalam hal penetrasi atau perlindungan kepada warga negaranya. Namun, dalam konteks partai politik baik di negara demokratis ataupun otoritarian, mereka bekerja dalam konsep patron-klien ini.

Studi yang banyak dirangkum dalam Teori Klientelisme ini adalah pengalaman Amerika Latin. Douglas Chalmers misalnya, menyatakan bahwa di Amerika Latin, jaringan Klientelisme terorganisir rapi dari "atas" ke "bawah." Jaringan tersebut bertumpu pada keberadaan para "broker politik", yaitu pelaksana kegiatan politik yang tugasnya mengelompokkan tuntutan dari komunitas asal mereka sekaligus pada sisi lain, mendistribusikan aneka keuntungan atau sumber daya yang diberikan oleh "pusat" kekuasaan. Klientelisme ini bergerak lewat dua lini. Lini pertama melalui aktivitas tradisional seperti tatap muka. Lini kedua adalah "broker" bergerak lewat partai bercorak Klientelistik yang diberdayakan oleh si "broker"  untuk membangun jaringan di segmentasi masyarakat yang lebih luas tanpa harus bertatap muka secara langsung. 

Hubungan yang terjadi antara komunitas (klien) dan penyedia sumber daya (patron) dihubungkan dengan pola pemberian suara dalam pemilu. Komunitas punya sumber daya suara tetapi miskin sumber daya. Sementara pemberi suara kaya akan sumber daya tetapi perlu suara untuk bercokol di dalam kekuasaan politik. Hubungan dalam klientelisme adalah pragmatis, bukan ideologis ataupun berdasarkan program kerja partai. Komunitas tidak peduli apapun hal yang dilakukan partai patron asalkan mereka memberikan sumber daya pada mereka. Sebaliknya, partai patron tidak peduli mau seperti apa komunitas yang penting sumber daya sudah diberikan (uang, makanan, komoditas lain) dan suara sudah mereka terima. 

Sumber:

Joseph L. Klesner, "Clientelism" dalam George Thomas Kurian, ed., Encylopedia of Political Science (Washington: CQ Press, 2011) p. 253-4.

Julio F. Carrion, "Clientelistic Parties in Latin America" dalam dalam George Thomas Kurian, ed., Encylopedia of Political Science (Washington: CQ Press, 2011) p. 254-5. 

Friday, June 26, 2020

Teori Partai Confessional

Partai Confessional adalah partai yang diorganisasi di sekeliling garis agama. Partai ini melakukan inkorporasi identitas keagamaan sebagai penanda garis etnis, agenda sosial-ekonomi, atau sebagai mesin untuk meningkatkan peran agama di dalam negara. 

Kalangan modernis menolak pandangan bahwa partai Confessional ini akan terus berperan besar dalam politik suatu negara. Fakta ini mendorong munculnya anggapan bahwa keberadaan Partai Confessional sebagai anomali dalam politik. Analisis terhadap partai-partai jenis ini lalu dilakukan secara ad hoc saja untuk melengkapi analisis lain yang yang dianggap lebih "besar." Namun, fakta sebaliknya justru terjadi, menunjukkan bahwa partai-partai yang berciri Confessional tetap memegang peran signifikan dalam politik. 

Signifikansi partai Confessional terlihat manakala ia dikaitkan dengan analisis mengenai pilihan rasional, gerakan sosial, dan institusionalisme. Misalnya di Eropa dan Amerika Latin, partai-partai Kristen Demokrat memegang peran kunci. Di Asia Selatan, baik partai berbasis Hindu maupun Islam merupakan bagian dari rentang panjang sejarah gerakan sosial: Gerakan yang kemudian memecah menjadi negara India, Pakistan, dan Bangladesh. Di Timur Tengah, partai-partai Islam berpartisipasi secara luas sejak 20 tahun terakhir. Bahkan di Irak dan Lebanon, partai-partai politik di parlemen mereka dibangun menurut garis agama. Sebab itu, partai Confessional sebenarnya tidak marjinal dalam analisis politik melainkan menempati pusat perhatian. Tentu saja setiap negara berbeda dalam memposisikan partai Confessional ini. Di Inggris, Australia, atau Amerika Serikat partai-partai Confessional memang tidak signifikan. Namun di Indonesia, Irak, Lebanon, negara-negara Timur Tengah, India, Pakistan, maka partai-partai Confessional justru lokus analisis utama dalam studi partai politik.

Di Eropa sendiri sebagai wilayah pionir sekularisme politik, justru partai-partai Confessional menentukan kepolitikan mereka. Misalnya di Belgia, Belanda, Italia, Jerman, Austria, dan Swiss, partai Kristen Demokrat tidak bisa diabaikan signifikansi politiknya. Partai-partai ini menganut garis ideologi bukan liberal maupun sosialis, melainkan solidaritas sosial yang kelihatannya banyak diinspirasikan oleh kitab suci agama mereka. Kendati tidak semenentukan di Eropa, di Amerika Latin seperti di Venezuela, Chili, El Salvador, dan Meksiko, partai-partai Confessional (Kristen) juga dapat dikaji peranannya. 

Di India sulit untuk menihilkan peran Bharatiya Janata Party sebagai partai Hindu yang kerap memerintah di sana. Awalnya mereka adalah partai oposisi tetapi lambat-laun kini bisa memegang pemerintahan. Di Aljazair muncul partai Islamic Salvation Front, di Palestina muncul Hamas, demikian pula di Yordania dan Maroko dimana partai Islam menjadi oposisi loyal pemerintahan monarki mereka. Yang paling menarik adalah Lebanon. Garis partai di sana tersusun secara garis Confessional. Partai di Lebanon tersusun menurut garis sektarian. Progressive Socialist Party bergaris Kristen-Druze, Future Movement Party bergaris Sunni, Free Patriotic Movement bergaris Kristen-Maronit.

Di Indonesia dalam sejarahnya muncul partai-partai Masyumi dan NU di era 1950an, lalu di era Orde Baru adalah PPP, dan pasca transisi politik terdapat partai-partai Confessional seperti PPP, PKS, PKB, dan PAN. Selain PPP, tiga partai Confessional memiliki basis massa yang riil sehingga dapat diprediksi di masa depan peroleh suara mereka tetap stabil bahkan meningkat. Hal ini karena ketiga partai tersebut memiliki Core Base Voter yang jelas. 

Sumber:

Maren Milligan, "Confessional Parties" dalam George Thomas Kurian, ed., Encylopedia of Political Science (Washington: CQ Press, 2011) p. 294-5.

Clifford Geertz dan Ruh-ruh menurut Kaum Abangan


Dalam studinya mengenai kaum Santri, Abangan, dan Priyayi di dalam bukunya The Religion of Java, ada bab menarik yang ditulis Clifford Geertz yaitu mengenai aneka ruh dalam kepercayaan kaum Abangan. Ruh-ruh menurut Kaum Abangan ini dipotret oleh Clifford Geertz, seorang antropolog Barat, di mana mereka melakukan interaksi dengan manusia kadang secara politis. Potret Geertz cukup detail mengenai jenis para kaum ruh ini. Geertz menimba informasi mengenai aneka ruh dari narasumbernya, seorang pemuda tukang kayu dari Mojokuto. Berdasarkan informasi salah satu penduduk Mojokuto itu, kaum ruh menurut kaum Abangan diklasifikasi menjadi tiga: Memedi, Lelembut, dan Tuyul. Selain yang tiga ini, Geertz juga turut membahas mengenai Demit dan Danyang. 

Memedi

Memedi itu kerjanya menakut-nakuti. Selain itu kerap mereka membuat marah manusia. Namun, Memedi biasanya tidak menimbulkan cedera serius. Memedi laki-laki disebut Gendruwo dan perempuannya disebut Wewe. Saat Wewe menikah dengan Gendruwo, ia lalu biasa membawa anak-anaknya dalam gendongan, persis manusia. Memedi biasanya muncul saat malam terutama di tempat gelap dan sepi. Kerap para Memedi ini mengambil bentuk orang tua atau kerabat lain dari manusia yang masih hidup atau sudah meninggal, bahkan tak jarang anak dari seseorang.

Gendruwo adalah jenis paling umum dari Memedi. Gendruwo lebih bersifat menyenangkan ketimbang menakutkan. Mereka suka mencandai manusia, seperti menepuk pinggul perempuan, memindahkan baju seseorang dan melemparkannya ke sungai, menimpuki genting rumah saat malam hari, melompat dari pepohonan terutama di sekitar pekuburan. Dengan demikian, berdasarkan kecenderungan ini, Gendruwo tidak melulu tak berbahaya. Kerap ia muncul dalam wujud orang tua, kakek, anak, atau kembaran seseorang. Mereka akan berkata, "Hey, ayo ikut sama aku." Jika manusia itu bersedia, Gendruwo tiba-tiba menghilang. Kerabat yang diwujudkan itu juga hilang, sehingga keluarganya yang ada akan membuat suara bising. Gendruwo yang marah karena kebisingan ini menawarkan korban makanan. Jika kerabat yang hilang itu makan makanan yang disajikan Gendruwo, ia akan terus tidak tampak. Jika kerabat itu menolak, ia akan tampak dan keluarga yang mencarinya akan menemukan. 

Bahkan, Gendruwo ini punya kemerdekaan yang lebih. Mereka bisa mengadopsi wujud seorang suami dan tidur dengan istrinya. Akan lahir anak dari hubungan ini berupa monster. Di Mojokuto, sesuai penuturan Geertz, ada seseorang dengan konsekuensi ini. Ia hidup hingga usia 16 tahun kemudian meninggal dunia. Wujudnya besar dan hitam. 

Memedi ini lebih mudah dipahami oleh orang Barat (termasuk Geertz, tentunya). Dalam bahasa Inggris homonimnya adalah 'spooks.'Manifestasi lain dari Memedi adalah Jrangkong (lelaki tanpa daging, hanya tulang) dan Wedon, ruh yang tertutupi kain putih. Geertz menyebut identifikasi Jrangkong dan Wedon adalah hasil pinjaman dari sumber-sumber Eropa. Selain Jrangkong dan Wedon, ada juga Panaspati yang kepalanya terletak di posisi yang seharusnya kelamin. Panaspati berjalan dengan tangannya, dan menghembuskan api. Ada pula Jin, hantu yang mengindikasikan pengaruh Islam di kalangan Abangan. Selain itu ada pula Pisaci, anak kecil tanpa orang tua yang selalu mencari tempat tinggal. Selain Pisaci, ada lagi Uwil yang kini sudah jarang ditemukan dan dulunya adalah prajurit Buddha. Lalu ada Setan Gundul, yang seluruh rambut kepalanya habis kecuali sedikit di bagian depan membentuk Kuncung. 

Dalam grup Memedi ini terdapat Sundel Bolong, pelacur dengan lubang di tubuhnya. Sundel Bolong adalah wanita canting yang telanjang. Namun, ia punya lubang besar di bagian tubuh belakang sebelah tengah. Ia punya rambut panjang berwarna hitam hingga ke pantat sehingga menutupi lubang besar itu. Terus diperdebatkan apakah Sundel Bolong itu menarik bagi kaum laki-laki ataukah tidak. Satu sumber menyatakan siapapun laki-laki yang bertemu dengannya akan langsung lari terbirit-birit. Sumber lain menyatakan bahwa Sundel Bolong itu menarik dan mampu membuat laki-laki terpikat sehingga bersedia jalan beriringan: Dan jika laki-laki itu bersedia, maka Sundel Bolong akan mengkebirinya. 

Lelembut

Lelembut berbeda dengan Memedi. Lelembut bisa membuat seorang manusia sakit atau gila. Lelembut ini merasuki tubuh seseorang, yang jika tidak segera diobati dukun bisa saja orang itu mati. Dokter produk Barat tidak bisa mengobati kegilaan atau sakit manusia akibat rasukan Lelembut ini. Hanya dukun yang bisa. Dukung bisa melacak di mana letak Lelembut dalam tubuh manusia lalu menariknya keluar dengan memijat lokasi tersebut. Misalnya di kaki, lengan, atau titik tertentu di bagian belakang tubuh manusia. Lelembut ini tidak terlihat, tetapi sangat berbahaya bagi manusia. Lelembut bisa melakukan take-over raga manusia. Akibat dari take-over ini adalah sakit, gila, bahkan kematian bagi manusia yang tertimpa. 

Lelembut selalu merasuk tubuh manusia lewat kaki. Sebab itu perlu bagi seseorang selalu menghangatkan kaki di dekat perapian sebelum menjenguk bayi yang baru lahir. Bayi sangat sensitif terhadap pengaruh Lelembut, dan apabila terjadi disebut Sawanen. Namun, ada pula pihak menyatakan Lelembut merasuk lewat kepala dahulu. Sebab itu kerap ubun-ubun bayi diborehi ramuan campuran bawang, lada, dan parutan kelapa. Borehan tersebut akan menghangatkan ubun-ubun dan menolak Lelembut. Apabila seseorang terasuk Lelembut, paling tidak 10 menit, dapat segera disembuhkan dengan mengusap sarung ke wajahnya. Jika lebih lama maka peristiwa tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam sejumlah kategori. 

Pertama adalah Kesurupan, yang asal katanya adalah 'masuk' atau juga bisa diartikan 'terbenam.' Ini mungkin merefleksikan kepercayaan saat menjelas matahari tenggelam adalah saat hantu berkeliaran. Kesurupan digunakan untuk menggambarkan peristiwa masuknya Lelembut secara umum. Biasanya dukun lalu dipanggil untuk mengobati Kesurupan ini. Dukun umumnya bertanya, "Siapa namamu? Di mana rumahmu? Kenapa kamu datang ke sini? Apa yang kamu inginkan? Pertanyaan ini ditujukan pada ruh yang masuk ke tubuh seseorang, bukan pada orang itu sendiri. Ruh yang masuk itu lalu biasanya menjawab, "Nama saya Kiyai Bendok. Rumah saya di jembatan depan pasar. Saya datang ke sini untuk makan dan minum." Jawaban ruh itu melalui mulut si korban. Dukun lalu menimpali, "Saya akan beri kamu sesuatu untuk dimakan dan dimininum, tetapi saat kamu sudah selesai, harus segera pulang." Biasanya, Lelembut minum minuman keras seperti arak beras dan makan dupa. Jika proses berjalan mulus, Lelembut berkata, "Baik, saya akan pulang sekarang." Korban akan mengejang tiga kali atau lebih secara keras, lalu berangsur melemah, dan pingsan. Saat telah pulih, ia tidak akan ingat apa yang sudah terjadi. 

Kedua adalah Kampir-kampiran, yang maknanya "melakukan penerbangan untuk mengunjungi seseorang." Kampir-kampiran hampir mirip dengan Kesurupan kecuali ruh yang merasuk bukan berasal dari jembatan atau rumpun pohon bambu di wilayah sekitar melainkan dari tempat jauh seperti Samudera Indonesia. Ruh dalam Kampir-kampiran sedang melakukan penerbangan dari Samudera itu menuju gunung vulkanik di dekat Mojokuto, tetapi tiba-tiba terjerembab di tubuh korban. 

Ketiga adalah Kampel-kampelan juga mirip dengan Kampir-kampiran kecuali korban tidak nyata sakit. Ia masih bisa berjalan dan bertingkah layaknya dalam kondisi normal, tetapi kadang berperilaku aneh kendati tidak sering. Misalnya, seorang suami baru pulang dari reruntuhan candi Hindu. Saat pulang ke rumah tiba-tiba ia memukul anaknya sementara ia tidak memaksudkannya demikian. Istrinya akan berkata, "Kamu sudah kemasukan ruh candi itu." Masuknya ruh semacam ini agak remeh, dengan mandi maka ruh itu akan menghilang.

Keempat adalah Setanan, yang serupa dengan Kampel-kampelan tetapi lebih serius. Seorang korban mungkin masih bisa berjalan dan tidak terlalu menunjukkan bahwa ia sakit. Namun, perlu dukun untuk mengeluarkan ruh itu. Dukun akan menemukan di mana si setan dan memberitahunya apa yang ia mau agar keluar dari tubuh yang dirasuki. Tawaran ini disebut Ulih-ulih atau Sajen, yang biasanya terdiri atas kembang, dupa, dan mungkin saja dedaunan tertentu. Setan akan memakan ini semua dan meninggalkan si korban dalam damai. 

Kelima adalah Kejiman, yang sama dengan Setanan kecuali setan ini lebih bercorak Abangan dan Jawa sementara Jim lebih bercorak Arab atau santri. Jim mampu tinggal lebih lama dalam tubuh seseorang. Orang yang dihinggapi Jim tidak menampakkan sakit, tetapi bertingkah aneh dan mencurigakan. Contoh, ia akan makan luar biasa banyak atau sebaliknya, enggan memakan sesuati. Perasaannya akan menjadi tajam dan memunculkan kecerdasan yang tidak biasanya. 

Keenam adalah Kemomong, dan ini adalah bentuk pakta dengan Iblis secara sukarela. Seseorang yang tidak percaya pada Tuhan, akan menjadi kawan Setan. Setan akan merasukinya dan itu adalah kemauan kedua belah pihak. Orang itu akan setengah gila, tetapi menguasai kekuatan tertentu seperti kemampuan menyembuhkan. 

Tuyul

Tuyul adalah hantu anak-anak, yaitu anak-anak yang bukan manusia. Tuyul tidak membuat marah atau menakuti manusia, juga tidak membuat sakit seperti Lelembut. Sebaliknya, Tuyul disukai oleh manusia karena bisa membuat mereka kaya. Jika seseorang hendak berkomunikasi dengan Tuyul, ia harus berpuasa dan bermeditasi. Tuyul lalu muncul (bisa dilihat) dan bisa disuruh untuk kepentingan si manusia tadi. Jika seseorang ingin kaya, Tuyul disuruh mencuri uang. Tuyul tidak terlihat dan bisa melakukan perjalanan jauh dalam waktu singkat. Tidak sulit bagi Tuyul untuk mencari di mana uang berada. 

Variasi lain dari Tuyul adalah Mentek. Mentek juga berupa anak kecil yang tidak mengenakan apapun. Sejumlah orang menyatakan Mentek adalah sepupu Tuyul. Mentek hidup di persawahan. Mentek ini bisa disuruh mencuri beras milik orang lain dan menyimpan di lumbung pemeliharanya. Saat panen, lumbung orang ludes sementara lumbung pemilik Mentek penuh berkali-lipat. 

Saat melakukan penelitian di Mojokuto, Geertz diinformasikan bahwa saat itu ada 3 orang yang menguasai Tuyul: seorang tukang daging, seorang wanita kaya baru, dan seorang pebisnis. Ketiga orang itu melakukan pakta dengan Tuyul. Di Mojokuto, jika seorang ingin memelihara Tuyul maka ia dapat mengunjungi empat lokasi: Borobudur di barat, Penataran di selatan, Bongkeng di timur, dan kuburan Sunan Giri di utara. Di tiap wilayah itu, orang yang ingin melakukan pakta melakukan sumpah bahwa apabila ruh penunggu tempat tersebut memberikan Tuyul kepadanya, maka ia akan memberikan korban manusia. Korban ini bisa kerabat ataupun teman. 

Namun, perlu diingat. Bahwa orang yang melakukan pakta untuk mendapat Tuyul akan tersiksa saat sakaratul mautnya. Nafas mereka terus memendek dan terus memendek, menderita rasa sakit yang konstan bercampur demam tinggi, dan hanya menemui ajal setelah menderita siksaan hebat. Ini setimpal dengan kenikmatan dunia yang ditawarkan Tuyul. Uang mengalir tanpa henti saat mereka hidup. Tuyul akan mampu mencurinya tanpa terdeteksi. Yang perlu disiapkan manusia pemelihara Tuyul adalah tempat untuk Tuyul tidur dan memberi mereka (si Tuyul) tangkai berisi gabah yang merupakan makanan alamiah Tuyul.

Demit

Demit adalah ruh penunggu suatu tempat. Kerap secara tidak konsisten ia disebut pula Danyang, Lelembut, atau Setan (??). Dalam pengertian sempit, Demit hidup di tempat suci yang disebut Punden, yang menandai reruntuhan candi Hindu berukuran kecil. Mungkin juga di patung yang rompal, pohon banyan besar, pekuburan tua, mata air tersembunyi, atau lanskap yang aneh. 

Demit ini dianggap sanggup memenuhi permintaan manusia dengan syarat. Di Mojokuti, Demit terdapat di pohon berbentuk aneh atau reruntuhan candi Hindu yang masih dipakai. Demit terkuat ada di dekat Alun-alun. Jika manusia hendak membuat Demit memenuhi permintaannya, ia harus pergi ke reruntuhan tersebut, minta maaf, dan menjanjikan gelar Slametan untuk menghormati Demit tersebut apabila permintaannya dikabulkan.

Danyang

Danyang adalah nama lain Demit. Kata 'yang' adalah kata merujuk pada ruh. Sama seperti Demit, Danyang hidup di tempat khusus yang disebut Punden. Juga sama seperti Demit, Danyang merespon permintaan manusia untuk bantuan yang mereka berikan. Sebagai imbal-baliknya, manusia mengadakan Slametan baginya. Mirip Demit, Danyang biasanya tidak berbahaya bagi manusia melainkan hanya ingin melindungi mereka. 

Tidak seperti Demit yang ruhnya semata-mata ahistoris, Danyang ada yang bersejarah. Misalnya, sejumlah Danyang dianggap pendiri suatu desa yaitu mereka yang paling awal Mbabad (membersihkan) wilayah untuk ditinggali penduduk. Setiap desa di Mojokuto punya Danyang utama. Danyang desa ini saat masih hidup, datang ke wilayah itu, membersihkan lahan lalu mewariskannya secara turun-temurun. Saat meninggal, ia dikebumikan biasanya di pusat desa dan makamnya menjadi Punden. Setelah menjadi ruh (Danyang) ia tetap menjaga desanya. 

Danyang ini menentukan secara magis siapa yang bisa menjadi kepala desa. Mereka yang ditentukan ini disebut Pulung. Pulung adalah jenis khusus dari ruh politik

yang hinggap di diri seseorang akibat pengaruh Danyang. Hanya kepala desa dan raja seluruh wilayah yang punya Pulung. Pulung seorang raja lebih besar dari seorang Lurah. Posisi seorang Lurah lebih penting ketimbang Bupati atau Wedana. Saat seorang Lurah meninggal atau berhenti, Pulungnya ikut meninggalkannya lalu mencari Lurah baru. Para calon Lurah kerap datang ke makamnya dan mengadakan Slametan agar Pulung tertarik kepadanya. Setiap desa punya satu Pulung. Pulung akan meninggalkan Lurah pula, selain akibat meninggal, juga apabila Lurah berlaku tidak baik. Saat Lurah tidak berlaku baik saat memerintah, dan Pulung meninggalkannya, desa itu akan sakit, kacau, ataupun miskin. Rakyat tidak lagi mengikuti perintahnya. Ia lalu dipaksa untuk berhenti. 

Wilayah di mana Danyang desa beroleh kekuatan disebut Kumaran. Kumara merujuk pada suara yang datang tidak dari mana-mana. Dua minggu setelah seorang Dukun terkenal meninggal dunia, terdengar suara yang tidak jelas datangnya dari mana. Itu disebut Kumaran. Wilayah Kumaran itu termasuk udara di atas sebuah desa, di mana orang-orang masih bisa mendengar suara tersebut. Di Mojokuto sendiri, di kotanya, Danyang desanya adalah seorang pencuri bernama Maling Kandari. Ia dikuburkan di pekuburan tua di sebelah timur pusat kota. 

Sumber:

Clifford Geertz, The Religion of Java (Chicago & London: The University of Chicago Press, 1976) pp. 1-29.