Latest News

Saturday, April 14, 2012

Talleyrand dan Ke Mana Angin Berhembus

Politisi bertarung bukan hanya untuk kemenangan, tetapi juga untuk hidup dan bertahan di posisinya. Bahkan, kadang yang terunggul adalah jika mereka mampu bertahan di aneka rezim yang berbeda karakter. Predikat ini layak disandangkan pada Talleyrand, politisi Perancis yang hidup 1754-1838. Ia mampu bertahan baik di masa Revolusi Perancis, di bawah kekuasaan Napoleon, di masa Restorasi Monarki Bourbon, dan di masa kekuasaan Raja Louis-Philippe.

Nama lengkapnya Charles Maurice de Talleyrand, lahir di Paris 2 Pebruari 1754. Ia putra pasangan Charles-Daniel, seorang comte dari wilayah Talleyrand-Perigord dan Alexandrine de Damas dari Antigny. Kedua orang tuanya keturunan keluarga aristokratik tua meski tidaklah kaya. Charles-Maurice kemudian dipelihara di wilayah pinggiran Paris. Di usia 4 tahun, ia pernah jatuh dari lemari sehingga kakinya tidaklah sempurna. Akibat masalah kaki, Talleyrand tidak dapat meneruskan tradisi keluarga masuk ke angkatan perang. Orang tuanya lalu memasukkan Talleyrand muda ke gereja.

Sejak usia 8 tahun, ia menjadi murid di College d'Harcourt di Paris. Di usia 15, ia menjadi asisten pamannya, Alexandre, lalu pendamping Archbishop Reims itu, dengan harapan bahwa kehidupan sejahtera akan muncul dari karir eklesiatik (kegerejaan). Talleyrand menyukai apa yang ia lihat. Di tahun 1770 ia memasuki seminari Saint-Sulpice di Paris. Di sana ia belajar teologi.

Di seminari itu pula ia menunjukkan minat dengan menenggelamkan diri di perpustakaan biara dengan karya-karya para filsuf progresif kontemporer. Dengan itu, ia memulai pendidikan politiknya dan beranjak pada sikap skeptis seputar hubungan manusia. Tatkala masih berada di seminari, ia menikahi istrinya yang pertama. Akibat perbuatannya (menikah), ia diusir tahun 1775.

Kendati begitu, ia menerima sebuah tugas kecil pada bulan April, dan 6 bulan kemudian, dinominasikan raja selaku kepala gereja Saint-Denis di Reims. Bulan Maret 1778, Talleyrand memangku gelar kesarjanaan di bidang teologi dari Universitas Sorbonne. Bulan Desember 1779 ia pun ditahbiskan.

Beberapa hari kemudian, Alexandre pamannya, archbishop Reims, mengangkatnya selaku pemimpin pendeta gereja. Di saat itu, Talleyrand terkesan sebagai seorang klerik gereja yang aneh. Menghabiskan banyak waktu dengan para ahli tata rias dan pakaian ketimbang dengan orang-orang gereja. Melihat pandangan orang, Talleyrand segera menghentikan kebiasaan tersebut, dan mulai merancang keinginannya menjadi Bishop.

Arah yang pasti dalam pencapaian tujuan tersebut (menjadi Bishop) adalah pengangkatannya selaku kepala agen gereja dengan bayaran cukup baik. Dengan jabatannya, ia mampu hadir dalam pertemuan 5 tahun-an antara perwakilan gereja dengan pemerintah Perancis. Talleyrand masuk ke posisi kepala agen gereja tahun 1780. Saat itu ada 2 orang yang menjabat posisi tersebut.

Namun, satu orang lainnya memiliki reputasi yang kurang baik. Akibatnya, Talleyrand menjadi satu-satunya wakil gereja Perancis antara 1780 hingga 1785. Ia terkesan sangat serius dalam posisi ini. Dalam banyak kasus, ia menunjukkan energi besar dalam mempertahankan hak-hak istimewa gereja. Ia berargumentasi secara berani untuk mempertahankan hak-hak milik gereja.

Ia juga mempertahankan yuridiksi kegerejaan dalam menghadapi pelanggaran yang ditunjukkan pengadilan negara. Tindakan populis lainnya adalah upaya Talleyrand menaikkan upah kaum klerik gereja tingkat bawah. Kegiatan ini mengharuskan ia secara rutin dengan para menteri kerajaan lewat Dewan Klergi.

Partisipasinya dalam pertemuan Dewan Klergi memberi kesempatan bagi Talleyrand untuk berhubungan dengan aktivitas parlemen. Akhirnya, ia pun diangkat menjadi Bishop di Autun pada bulan Nopember 1788. Pada tanggal 15 Maret 1789, ia sudah membaca bahwa revolusi Perancis akan pecah. Kini, Talleyrand mulai mengadopsi prinsip-prinsip revolusi dalam isu politiknya.

Dalam tugasnya selaku bishop, tugasnya adalah menyiapkan Wakil Daerah bagi Dewan Negara di mana tiap daerah diwakili secara terpisah. Dewan ini tidak lagi bertemu sejak 1614 hingga 5 Mei 1789. Talleyrand, yang dipilih oleh para bawahannya selaku wakil mereka, layaknya delegasi lain yang bersiap-siap untuk zaman susah, dan hanya memilih orang yang mereka kenali.

Talleyrand membuat daftar tuntutan reformasi bagi status kaum pekerja gereja, yang mengatur jaminan negara atas persamaan kedudukan warganegara, terutama persamaan hak keuangan, lalu menghapuskan keistimewaan keuangan yang dulu pernah ia bela mati-matian. Ini merupakan titik balik pertama dari serangkaian perubahan politiknya. Perubahan "ke mana angin berhembus" ini pula yang menjadi karakteristiknya.

Dalam pembukaan pertemuan Dewan Negara yang khidmat, Talleyrand menarik perhatian dan segera memberi pengaruh bagi mereka yang hadir melalui isu-isu politik yang ia hembuskan. Menurut kebiasaan, kaum pekerja gereja dan bangsawan menginginkan posisi duduk di kamar terpisah. Talleyrand, justru mengupayakan agar ketiga unsur (negara, bangsawan, dan pekerja gereja) duduk di satu ruangan dan dinamai Dewan Nasional. Usulnya ini diterima.

Jika di masa lalu Talleyrand dikenal selaku pembela hak-hak milik gereja yang gigih, maka di masa revolusi ia justru mengupayakan nasionalisasi milik gereja oleh Perancis. Tanah dan seluruh milik gereja harus dibayarkan pajaknya pada negara. Saat program nasionalisasi ini divoting pada 2 Nopember 1789, Talleyrand muncul sebagai anggota yang paling revolusioner. Bahkan, tatkala ia menghadiri Festival Federasi pada 14 Juli 1790, festival untuk memperingati peristiwa Bastille setahun lalu, ia dijuluki Bishop Revolusioner.

Di bulan yang sama, Talleyrand berhasil memasukkan beberapa point ke dalam konstitusi sipil baru. Yang ia masukkan adalah, gereja dapat direorganisasi tanpa harus meminta persetujuan Paus. Talleyrand menjadi bishop pertama yang mengambil sumpah setia atas konstitusi ini. Ia juga menjadi bishop pertama yang terpilih berdasarkan prosedur demokratis. Paus lalu mengekskomunikasi Talleyrand, dan ini ditanggapi dingin olehnya.

Talleyrand memang sudah berencana meninggalkan gereja. Di samping itu, ia memang tidak puas dengan kondisi keuangan pribadinya selaku bishop. Benar, posisi di gereja ia tinggalkan pada Januari 1791 tatkala ia terpilih selaku salah satu pejabat di administrasi Perancis. Mantan Bishop Autun lalu mulai menapakkan kaki menuju palace circle. Skill Talleyrand selaku negosiator cerdas banyak beroleh perhatian. Pada penghujung tahun1791, pemerintah Perancis hendak mencegah keterlibatan Inggris dan Prussia ke dalam koalisi anti Perancis yang dibangun Austria.

Menlu Perancis lalu mengirim Talleyrand ke London untuk mempengaruhi Inggris agar tetap netral. Tiba di London tahun 1792, Talleyrand bertemu William Pitt, perdana menteri Inggris. Ia meyakinkan bahwa kedua negara akan menjamin integritas wilayah masing-masing. Saat kembali ke Paris pada bulan Maret, ia belum beroleh jawaban pasti dari Inggris. Talleyrand lalu mengusulkan pada Menlu untuk mengangkat Marquis muda bernama Chauvelin selaku duta Perancis yang berkedudukan di London dan tetap di sana selaku asisten Talleyrand.

Talleyrand dan Chauvelin tiba kembali di London pada 29 April, segera setelah Perancis mendeklarasikan perang terhadap Austria. Mudah diduga, Prussia segera menggabungkan diri ke dalam aliansi Austria. Kendati Talleyrand berhasil menjamin netralitas Inggris pada 25 Mei, terjadi serangan terhadap istana Tuileries oleh mafia Paris pada 20 Juni. Peristiwa ini membuat posisinya sulit. Ia terpaksa meninggalkan London pada tanggal 5 Juli.

Penjungkalan monarki pada 10 Agustus 1792 dan pembantaian atas tawanan kerajaan di bulan September, membuat simpati Inggris atas Perancis menjadi berkurang. Talleyrand lalu memutuskan meninggalkan Paris. Ia lalu mengungsi ke London selaku pribadi. Ia tiba tanggal 18 September, dan menggunakan segala daya upaya untuk mencegah perang antara Inggris versus Perancis. Tetapi invasi Belgia oleh Perancis, disusul eksekusi mati atas Louis XVI pada bulan Januari 1793, membuat perang dengan Inggris tidak terelakkan lagi. Kini Talleyrand bukan lagi orang yang diharapkan di Inggris. Talleyrand dianggap anasir revolusi Perancis.

Sebab itu, elemen kontrarevolusi di Perancis menghendaki agar Inggris (pro monarki) segera mengusir dirinya. Terusir pada bulan Januari 1794, ia menuju Amerika Serikat pada bulan Maret-nya. Ia tinggal di sana selama 2 tahun. Di Amerika Serikat, Talleyrand melibatkan diri dalam bisnis spekulasi keuangan yang menguntungkan. Ini membuatnya mampu membangun kembali keberuntungannya. Setelah kejatuhan rezim Maximilien Robespierre pada Juli 1794, Talleyrand mengajukan petisi pada Konvensi Nasional untuk menghapus namanya dari daftar kaum imigran (pelarian anasir revolusi Perancis), dengan alasan ia telah meninggalkan Perancis memakai paspor resmi. Petisinya dikabulkan dan ia pun kembali ke Paris pada September 1796.

Talleyrand lekas ambil posisi di Institut National (bentuk baru dari Konvensi Nasional, yang terdiri atas akademisi abad ke-18). Ia terpilih meskipun tidak hadir. Melalui naskah yang ia tulis di sana pada Juli 1797, Talleyrand mengemukakan pandangan bahwa Perancis tidak akan mampu menguasai kembali koloni mereka di benua Amerika. Sebab itu sebagai gantinya, Perancis harus segera membangun koloni di Afrika. Ini mengindikasikan harapan Talleyrand untuk kembali ke pentas politik nasional Perancis. Beberapa hari kemudian, karyanya tersebut membangkitkan minat orang. Ia pun ditunjuk selaku Menteri Luar Negeri Perancis.

Talleyrand menginformasikan kepada Napoleon seputar simpulan Perjanjian Campo Formio (Oktober 1797) setelah serangkaian keberhasilan penguasa baru Perancis tersebut mengalahkan Austria. Perjanjian tersebut menyuratkan peaneksasian, yang mungkin lancar dilakukan jika disediakan uang suap lebih dari sejuta Franc. Bersama Napoleon ia mengupayakan Direktori (pemerintahan transisi pasca revolusi) melancarkan ekspedisi militer ke Mesir, yang berakhir dengan kegagalan.

Talleyrand sendiri, sebab itu yang bertanggung jawab atas sengketa antara Perancis dengan Amerika Serikat, setelah Talleyrand mengusir 3 wakil Amerika Serikat di mana Talleyrand meminta uang suap yang lebih besar atas aneksasi wilayah jajahan Perancis di benua itu. Menimbang bahwa kebijakannya telah gagal, Talleyrand memutuskan mengundurkan diri. Tetapi selama 2 tahun masanya selaku Menlu, ia beroleh investasi yang sebagian besar ia simpan di luar negeri.

Lima bulan setelah pengunduran diri Talleyrand, Napoleon kembali dari Mesir. Napoleon melancarkan kudeta pada 9 hingga 10 Nopember 1799, mendirikan pemerintahan Konsulat, yang terdiri atas dirinya sendiri selaku penguasa dan 2 konsul lainnya. Talleyrand mendukung Napoleon dan kembali selaku Menlu pada 22 Nopember. Tujuan inti Talleyrand adalah memperdamaikan Eropa, dan memulai negosiasi dengan aneka negara. Negosiasinya dengan Austria dan Inggris menghasilkan beberapa perjanjian. Untuk pertama kali sejak 6 tahun, Eropa berada dalam kondisi damai.

Talleyrand menyumbang pada realisasi ambisi Napoleon untuk membentuk Eropa model baru. Ia membantu terciptanya supremasi Perancis atas Italia, Jerman, dan Swiss. Terutama untuk kepentingannya sendiri, ia mengawasi alokasi tanah-tanah gereja yang dinasionalisasi.

Di dalam negeri, Talleyrand mengupayakan penandatanganan kesepakatan antara Paus Pius VII (Juli 1801), yang menjamin perdamaian agama. Lalu, mengambil untung dari perjanjian tersebut, ia menikahi Catherine Grand, janda pegawai Inggris di British East India Company. Kebijakan Talleyrand akan cukup berhasil jika ia mampu mencegah terjadinya perang Perancis-Inggris pada Mei 1803. Pada masa ini, ia tidaklah mengundurkan diri. Ia justru membantu Napoleon mengangkat dirinya selaku Konsul Seumur Hidup pada tahun 1802. Ia juga terus mendukungnya tatkala Napoleon menyatakan keinginannya untuk melakukan kesepakatan dengan kaum Bourbon (bangsawan Perancis).

Pada masa ini, Talleyrand lalu terlibat dalam suatu persekongkolan jahat. Tatkala Talleyrand dan Joseph Fouche, menteri kepolisian, mempelajari bahwa seorang pangeran Bourbon, yang diyakini merupakan Duke d'Enghien, merencanakan pembunuhan atas Napoleon, mereka menculiknya. Kendati Duke tersebut tinggal di wilayah netral, Talleyrand menjanjikan kepada rekannya bahwa ia nanti mampu memberi argumentasi sesuai hukum internasional. Lalu, diculiklah Duke tersebut, dan ditransfer ke Paris, di mana ia dihujat dan dieksekusi. Kemudian, Talleyrand mencoba memusnahkan segala arsip yang menghubungkan dirinya dengan upaya tersebut.

Adalah kejahatan ini yang mengkonsolidasikan kekuasaan Napoleon. Pada 18 Mei 1804, Napoleon memproklamirkan diri sebagai kaisar. Ia mengangkat Talleyrand selaku Grand Chamberlain dengan penghasilan pertahun 500.000 Franc. Kendati begitu, setelah 1805 pengaruh Talleyrand ditekan, dan nasehat-nasehatnya tidaklah lagi menentukan. Mengingat ambisi Napoleon yang tak berbatas, yang ia yakini akan berdampak mengerikan, Talleyrand pun mengundurkan diri pada bulan Agustus 1807. Napoleon tidak menerima keputusan ini dengan senang hati.

Meski bukan lagi menteri, Talleyrand tetap mengkonsultasikan pandangannya dengan Napoleon. Pada bulan September 1808 ia mendampingi Napoleon ke kongres negara-negara Eropa di Erfurt, Prussia. Di sana Talleyrand melakukan pembicaraan rahasia dengan Tsar Alexander I. Ia memaksa tsar tersebut menentang Napoleon.

Setelah itu, Talleyrand banyak melakukan korespondensi rahasia baik dengan Tsar maupun pihak Austria. Kegiatan ini tidaklah membuat posisi Talleyrand berbahaya, oleh sebab ia memperoleh dukungan dari Fouche, menteri kepolisian yang bahu membahu dengan Talleryrand guna mengoposisi kebijakan Napoleon dari lingkar dalam.

Setelah Napoleon mengumumkan rencana pernikahannya dengan ratu Josephine, Talleyrand ambil peranan di dalam merancang pernikahan kaisar dengan Marie-Louise dari Austria. Harapannya, persekutuan yang diperoleh akan mengubah ambisi Napoleon. Apa daya, tiada hasil yang dicapai.

Setelah gagal menginvasi Rusia, Napoleon meminta Talleyrand menjadi Menlu guna melakukan negosiasi dengan negara aliansinya. Talleyrand yang kini tengah merencanakan merestorasi kekuasaan bangsawan Bourbon, menolak. Ia pun tidak bergeming atas kemarahan yang ditunjukkan kaisar. Tatkala pasukan sekutu masuk ke Paris pada 31 Maret 1814, Tsar menginap di kediaman Talleyrand.

Tsar meyakinkan Talleyrand bahwa restorasi Bourbon-lah yang akan menjamin kedamaian Eropa. Talleyrand lalu menghasut Senat untuk mendirikan pemerintahan provisional yang terdiri atas 5 anggota, termasuk dirinya, dan mendeklarasikan pemecatan Napoleon. Pemerintahan baru ini segera memanggil Louis XVIII untuk menjadi monarki Perancis, monarki yang pada 13 Mei 1814 menunjuk Talleyrand selaku Menlu. Selaku wakil Perancis pada Kongres Wina (1814-15), Talleyrand menunjukkan secara penuh kemampuan diplomasinya.

Ia memanage perpecahan aliansi, memaksa Austria dan Inggris melakukan kesepakatan rahasia dengan Perancis guna mencegah aneksasi Rusia atas Polandia dan Prussia atas Saxony. Aliansi ini berhasil mengurangi klaim-klaim teritorial dari negara-negara besar dan diterjemahkan ke dalam perjanjian tertulis dengan mana Perancis mampu mengamankan wilayah "luarnya" tahun 1792.

Dalam menyetujui penyerahan kepada Prussia atas bagian besar tepi kiri sungai Rhine, Talleyrand membawa Perancis pada bahaya serius yang menjadi jelas pada 1870, 1914, dan 1939. Talleyrand tetap berada di Wina selama Perang 100 hari (perang kembalinya Napoleon dari Pulau Elba). Saat Louis kembali ke Paris pada XVIII, ia masuk ke dewan raja sementara tetap menjabat selaku Menlu.

Kaum UltraRoyalis (pendukung keras kerajaan) kini duduk di kursi kekuasaan, dan menyerang 2 kementerian yang dianggap diduduki pendukung revolusi, Talleyrand dan Fouche. Talleyrand dipaksa mengundurkan diri. Ia kemudian pensiun, menulis riwayat hidupnya, hingga 1829, tatkala ia merancang gerakan politik yang membawanya beraliansi dengan kaum Liberal guna menjungkalkan Charles X, saudara dan suksesor Louis XVIII. Ia membangun kontak dengan Louis-Phillipe dan membantunya menjadi raja selama periode monarki Juli 1830.

Selaku duta di London, sejak 1830 hingga 1834, ia memainkan peran penting dalam negosiasi antara Perancis dan Inggris. Negosiasi ini menghasilkan berdirinya kerajaan netral Belgia. Karir diplomatiknya dipungkasi dengan penandatanganan aliansi antara Perancis, Inggris, Spanyol, dan Portugal pada Apri 1834.

Talleyrand wafat tahun 1838 dan menerima sakramen terakhir, yang ia tanda tangani dalam dokumen beberapa jam sebelum meninggalnya. Dokumen tersebut menyatakan keinginannya bergabung kembali dengan gereja. Ia dimakamkan di Chateau of Valencay. Ia hidup terpisah dari istrinya sejak 1815 dan tidak meninggalkan seorangpun ahli waris.


tags:
sejaran politik perancis politisi perancis terkenal napoleon talleyrand revolusi perancis sejarah perancis

No comments:

Post a Comment